Langsung ke konten utama

Sebuah Perjalanan Mencintai Buku


17 Mei 2019

Jadi kemarin itu adalah hari buku yaaa? Di beranda media maya banyak yang berfoto dengan buku.
Tak mau ketinggalan, saya pun ingin menceritakan awal mula saya suka buku.

Saya kurang ingat kapan persisnya, tapi yang saya ingat baik. Sudah sejak SD kakek saya selalu menyuruh saya membacakan buku untuknya. Mulai dari kisah Bilal sahabat Nabi yang sangat teguh dalam mempertahankan aqidahnya. Bilal yang disiksa dengan sangat ganas oleh majikannya karena memilih untuk memeluk Islam.

Berat batu yang menindih tubuhnya tidak menggoyahkan sedikit pun lidahnya untuk tetap mengucapkan kata "ahad".  Buku yang berhasil membuat mataku basah waktu itu.

Selain buku tentang kisah Bilal, yang paling berkesan dan sangat suka saya baca adalah kisah 25 Nabi dan Rasul, kumpulan cerita Wali Songo, dan tidak lupa, dulu ada buku dongeng yang selalu saya tunggu-tunggu untuk dipinjamkan oleh teman adalah buku dongeng hadiah dari @dancow .

Maklum waktu itu saya belum minum susu Dancow dan pada jaman dulu memang susu ini masih sulit dijangkau.

Sayangnya buku dongeng ini sudah tidak saya dapat lagi di masa sekarang.

Ada satu buku lagi yang berkesan di kepala saya, Novel dari Ninit Yunita yang berjudul Heart terbit tahun 2006 oleh penerbit Gagas Media.

Ini adalah buku romance pertama yang saya baca dan membuat air mata saya tak henti mengalir. Waktu itu saya masih kelas 6 SD.

Dan saat masuk ke jenjang SMP saya sudah menulis Diary. Sampai pada kelas 3 SMP saya mulai menulis Novel teenlit. Saat itu saya sedang liburan di rumah mama, yaa kebetulan memang waktu itu kami tidak tinggal bersama. Karena mendapat leptop saya pun menulis bagai air mengalir. Saya pun heran dari mana asal muasal kata yang keluar dari pikiran saya. Cerita itu pun saya print dan saya bawa pulang ke kampung dan menjadi konsumsi pribadi. Sampai saat ini masih tersimpan rapi😅

Singkat cerita, tahun 2015 saya memberanikan diri untuk menerbitkan buku pertama bersama dengan partner setia saya.

Tahun 2016, karena saat itu saya sedang aktif aktifnya mengajar privat dan atas permintaan beberapa orang tua agar anak mereka juga diajar, saya dan  kampus puisi berinisiatif membentuk sebuah rumah belajar di bantu oleh sahabat sahabat kami.

Saat itu buku buku blm sebanyak yang ada di Rakit saat ini. Bermodalkan dana seadanya, saya dan kampus puisi berangkat ke Agung dan hanya membeli beberapa iqra. Waktu pun berlalu, pembinaan  berjalan.  Berkat pustaka bergerak dan beberapa sumbangan buku dari perpustakaan daerah yang kami dapat saat pelatihan Instruktur literasi. Alhamdulillah buku buku mulai terlihat menumpuk.

Tahun 2018, setelah menikah kami membentuk sebuah penerbit yang telah berumur sembilan bulan sampai saat ini (kalau ibu hamil kayaknya sudah lahiran ya😊)
Krik..krik.

Semua ini berkat kecintaan kami terhadap buku. Andai tidak ada rasa suka mungkin tidak akan ada rumah belajar, tidak akan ada penerbitan dan tentu tidak ada tulisan tulisan dan buku yang tertuliskan.

Maka dari itu terima kasih buku. Dan kepada siapa pun yang telah mengantarkan saya untuk mencintai buku.

Jariah's
17 Mei 2019

Komentar

  1. Mantapp Ibu, dari minat baca buku, menulis buku dan akhirnya membentuk sebuah penerbit buku.. Semoga sukses slalu,,Saya juga kepengen bikin buku sendiri,hehe cuma nulis pas udah kerja..wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, semoga tulisan2 ta bisa segera dibukukan. kami siap menerbitkan.hehe
      saya baca tulisan kk keren-keren. Sukses selalu kak.

      Hapus
  2. Hiks, kalau bicara soal buku saya jadi malu sendiri
    beberapa tahun belakangan ini jumlah buku yang saya baca menurun drastis. semua gara2 kesibukan dan media sosial. sedih..

    lagi mencoba untuk mengembalikan semangat membaca buku, mudah-mudahan bisa kembali seperti dulu lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-puisi bahasa Makassar dari kelas IV MI Anassappu Bontonompo

Momen yang sangat berharga untuk saya di tanggal 5 Mei 2018. Tulisan di atas mungkin bagi kita hanya tulisan biasa yang menyerupai cakar ayam. Namun, tahukah kalian jika tulisan-tulisan ini memiliki arti yang mendalam bagi yang dapat memahami bahasa Makassar. Hari ini saya memberikan pelajaran Muatan Lokal kepada siswa-siswi saya di MI Anassappu Bontonompo. Pelajaran muatan lokalnya yaitu Bahasa Daerah. Demi mengembangkan imajinasi dan tetap mempertahankan budaya lokal, saya memberikan tugas membuat puisi kepada siswa saya menggunakan bahasa daerah Makassar Tidak saya sangka, beberapa puisi mereka membuat saya meleleh dan menitikkan air mata. . -Fitriyana Menuliskan tentang kesyukurannya terhadap uang jajan yang diberikan oleh ayahnya. Sedikit banyaknya tidak jadi masalah baginya. Asalkan dia dan adiknya punya uang jajan yang akan dia bawa ke sekolah. . -Ahriani Puisi I Ia menceritakan kebiasaannya sebelum ke sekolah yang selalu membantu ayahnya mengurus sapi. Barulah pada jam 0...

Konsistensi PT Semen Tonasa dalam Menyandang U4 di Kawasan Timur Indonesia

AINUN JARIAH (Mahasiswa Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar) ainunjariiah12@gmail.com Ainun Jariah K ONSISTENSI  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tetap; tidak berubah-ubah; taat asas; kesesuaian; sejalan. Konsistensi adalah hal yang sangat sulit untuk dijaga. Sebab, ada banyak pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang mampu menggoyahkan konsistensi itu sendiri. Namun, dalam hal ini PT. Semen Tonasa berhasil menjaga konsistensinya dalam menghasilkan produk yang unggul dan bermutu. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan serta penghargaan yang telah didapatkannya sejak tahun 1968.      PT Semen Tonasa (Persero) adalah penghasil semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Perusahaan yang berdiri sejak 1968 ini terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 68 kilometer dari kota Makassar. PT Semen Tonasa mempunyai lahan seluas 715 hektare dan emp...

Cerpen Mappabajik by Ainun Jariah

Harian Amanah, 29 Oktober 2016 WAKTU telah menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah semua tugas kuliahku rampung aku mendekati ranjang dan merebahkan tubuhku. Hujan di luar belum juga reda. Sesekali terlihat kilatan petir disertai gemuruh guntur. Aku menggigil dingin. Meskipun jendela dan pintu kamar telah terkunci, Udara dingin masih berhasil menembus tembok kamar. Aku menarik selimut yang berada tidak jauh dari kepalaku lalu membungkus badanku. Tentu saja Berharap malam ini aku bisa tertidur lelap. Namun, belum lama mataku terpejam, sebuah suara tiba-tiba membangunkanku. "Rahmat, Rahmat..."  "Rahmat buka pintumu cepat, kalau tidak, saya akan mati."  Aku tersentak kaget mendengar teriakan dan gedoran pintu yang sangat keras dari balik pintu. Dengan mata yang masih sedikit memicing aku bangkit membuka pintu kamar. Mataku membelalak heran melihat Rudi bersama Sari berdiri di depan pintu dengan pakaian basah kuyup. Tanpa meminta persetujuanku ter...