Jadi kemarin itu adalah hari buku yaaa? Di beranda media maya banyak yang berfoto dengan buku.
Tak mau ketinggalan, saya pun ingin menceritakan awal mula saya suka buku.
Saya kurang ingat kapan persisnya, tapi yang saya ingat baik. Sudah sejak SD kakek saya selalu menyuruh saya membacakan buku untuknya. Mulai dari kisah Bilal sahabat Nabi yang sangat teguh dalam mempertahankan aqidahnya. Bilal yang disiksa dengan sangat ganas oleh majikannya karena memilih untuk memeluk Islam.
Berat batu yang menindih tubuhnya tidak menggoyahkan sedikit pun lidahnya untuk tetap mengucapkan kata "ahad". Buku yang berhasil membuat mataku basah waktu itu.
Selain buku tentang kisah Bilal, yang paling berkesan dan sangat suka saya baca adalah kisah 25 Nabi dan Rasul, kumpulan cerita Wali Songo, dan tidak lupa, dulu ada buku dongeng yang selalu saya tunggu-tunggu untuk dipinjamkan oleh teman adalah buku dongeng hadiah dari @dancow .
Maklum waktu itu saya belum minum susu Dancow dan pada jaman dulu memang susu ini masih sulit dijangkau.
Sayangnya buku dongeng ini sudah tidak saya dapat lagi di masa sekarang.
Ada satu buku lagi yang berkesan di kepala saya, Novel dari Ninit Yunita yang berjudul Heart terbit tahun 2006 oleh penerbit Gagas Media.
Ini adalah buku romance pertama yang saya baca dan membuat air mata saya tak henti mengalir. Waktu itu saya masih kelas 6 SD.
Dan saat masuk ke jenjang SMP saya sudah menulis Diary. Sampai pada kelas 3 SMP saya mulai menulis Novel teenlit. Saat itu saya sedang liburan di rumah mama, yaa kebetulan memang waktu itu kami tidak tinggal bersama. Karena mendapat leptop saya pun menulis bagai air mengalir. Saya pun heran dari mana asal muasal kata yang keluar dari pikiran saya. Cerita itu pun saya print dan saya bawa pulang ke kampung dan menjadi konsumsi pribadi. Sampai saat ini masih tersimpan rapi😅
Singkat cerita, tahun 2015 saya memberanikan diri untuk menerbitkan buku pertama bersama dengan partner setia saya.
Tahun 2016, karena saat itu saya sedang aktif aktifnya mengajar privat dan atas permintaan beberapa orang tua agar anak mereka juga diajar, saya dan kampus puisi berinisiatif membentuk sebuah rumah belajar di bantu oleh sahabat sahabat kami.
Saat itu buku buku blm sebanyak yang ada di Rakit saat ini. Bermodalkan dana seadanya, saya dan kampus puisi berangkat ke Agung dan hanya membeli beberapa iqra. Waktu pun berlalu, pembinaan berjalan. Berkat pustaka bergerak dan beberapa sumbangan buku dari perpustakaan daerah yang kami dapat saat pelatihan Instruktur literasi. Alhamdulillah buku buku mulai terlihat menumpuk.
Tahun 2018, setelah menikah kami membentuk sebuah penerbit yang telah berumur sembilan bulan sampai saat ini (kalau ibu hamil kayaknya sudah lahiran ya😊)
Krik..krik.
Semua ini berkat kecintaan kami terhadap buku. Andai tidak ada rasa suka mungkin tidak akan ada rumah belajar, tidak akan ada penerbitan dan tentu tidak ada tulisan tulisan dan buku yang tertuliskan.
Maka dari itu terima kasih buku. Dan kepada siapa pun yang telah mengantarkan saya untuk mencintai buku.
Jariah's
17 Mei 2019
Mantapp Ibu, dari minat baca buku, menulis buku dan akhirnya membentuk sebuah penerbit buku.. Semoga sukses slalu,,Saya juga kepengen bikin buku sendiri,hehe cuma nulis pas udah kerja..wkwk
BalasHapuswah, semoga tulisan2 ta bisa segera dibukukan. kami siap menerbitkan.hehe
Hapussaya baca tulisan kk keren-keren. Sukses selalu kak.
Hiks, kalau bicara soal buku saya jadi malu sendiri
BalasHapusbeberapa tahun belakangan ini jumlah buku yang saya baca menurun drastis. semua gara2 kesibukan dan media sosial. sedih..
lagi mencoba untuk mengembalikan semangat membaca buku, mudah-mudahan bisa kembali seperti dulu lagi.