Harian Amanah, 29 Oktober 2016 |
"Rahmat, Rahmat..."
"Rahmat buka pintumu cepat, kalau tidak, saya akan mati."
Aku tersentak kaget mendengar teriakan dan gedoran pintu yang sangat keras dari balik pintu. Dengan mata yang masih sedikit memicing aku bangkit membuka pintu kamar. Mataku membelalak heran melihat Rudi bersama Sari berdiri di depan pintu dengan pakaian basah kuyup. Tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu, Rudi menarik Sari dan aku masuk ke kamar lalu mengunci pintu rapat-rapat. Aku berdiri heran. Rudi dan Sari terlihat sangat tegang dan ketakutan. Belum sempat aku bertanya, Rudi sudah bicara memberi penjelasan.
"Maaf Rahmat, kami mengganggumu malam-malam begini. Tadi, saya dikejar oleh kakak Sari dengan membawa badik."
"Ha, kenapa?"
"Sebenarnya beberapa hari yang lalu, saya ajak Sari untuk kawin lari. Karena keluarganya menolak lamaranku, alasannya karena ia menganggap saya tidak sepadan. Makanya saya nekat," jelas Rudi.
***
AKU menggelengkan Kepala dan tiba-tiba teringat kejadian delapan tahun yang lalu. Kejadian tragis yang menimpa pemuda asal Jeneponto. Syarif namanya. Syarif meninggal secara mengenaskan setelah ditikam dan dihajar oleh massa karena ketahuan membawa lari Rani, seorang gadis di sebuah Desa di Jeneponto.
Syarif dihajar massa karena tidak tahu cara main dari kawin lari. Dia tidak meminta perlindungan dari Imam kampung maupun melakukan mappabajik ke keluarga Rani. Alhasil keluarga Rani yang sangat marah karena merasa kehormatan keluarganya dijatuhkan mengumpulkan massa untuk mencari Rani dan Syarif.
Syarif akhirnya ditemukan oleh salah satu keluarga Rani di sebuah jalan kecil dekat rumah kontrakannya. Kahar, kakak Rani yang melihat Syarif di jalan itu diam-diam membuntuti Syarif sampai ke kontrakannya. Kahar yang dikuasai oleh amarah lansung menghubungi massa yang sebelumnya telah berkumpul di rumahnya. Tidak cukup satu jam Kahar menunggu, rombongan massa akhirnya datang dengan menggunakan mobil truk. Beberapa menit kemudian mereka langsung menyerbu kontrakan Syarif.
Syarif dan Rani yang ternyata sedang makan di ruang tengah kaget. Terlihat raut ketegangan di wajah mereka. Menyadari nyawa mereka terancam Syarif menarik tangan Rani. Berlari menuju pintu belakang rumah. Tapi sayang, jumlah massa tidak sebanding dengan dirinya. Di pintu belakang ternyata telah dijaga oleh beberapa orang. Syarif dan Rani ditarik ke arah yang berbeda. Rani ditarik keluar dari kontrakan. Sementara Syarif ditarik masuk ke dalam oleh massa.
Kahar yang terlanjur emosi mengeluarkan badik miliknya. Tanpa pikir panjang ia membenamkan badik itu ke perut Syarif. Belum cukup dengan tikaman, Syarif juga mendapat amukan para massa.sampai akhirnya ia menghembuskan napas terakhirnya dan meninggal. Rani yang berada di depan pintu hanya bisa melihat kekasihnya dibunuh secara tragis di depan matanya. Dia tidak bisa melakukan apa-apa karena terhalau oleh beberapa massa. Teriakannya untuk meminta mereka agar tak membunuh Syarif sia-sia. Dia hanya bisa terkapar syok dan pingsan.
Aku merinding mengingat kejadian naas itu.
Tidak mau kejadian itu terulang pada Rudi dan Sari, aku segera menasihati mereka agar datang kerumah pak Imam dan menemui keluarga Sari untuk mappabajik. Begitulah cara main dari kawin lari jika ingin selamat. Karena menurut adat di Makassar jika seseorang datang kepada Imam desa maka dia akan terlindungi dari tikaman keluarga perempuan yang dibawa lari atau pun dari amukan massa.
***
MENGINGAT perkataan Rudi tadi, merupakan hal yang wajar jika kakak dari Sari menghunuskan badik kepadanya. Karena itulah adat Makassar. Jika ada salah seorang dari keluarga bertemu dengan orang yang melakukan kawin lari, orang tersebut harus menikamnya dari depan. Hal ini dilakukan dengan tujuan menegakkan kembali kehormatan keluarga. Karena orang yang telah melakukan kawin lari sama halnya telah menjatuhkan kehormatan keluarga. Terkecuali jika pasangan yang melakukan kawin lari mendatangi imam dan meminta bantuan untuk melaksanakan acara mappabajik ke keluarga mereka, maka laki-laki yang melakukan silariang tidak harus takut lagi untuk dibunuh.
***
KELUARGA Rudi dan Sari melakukan mappabajik dan membawa mas kawin serta denda yang telah disepakati. Akhirnya kedua orang yang melakukan silariang ini dapat kembali ke keluarga mereka. Dengan demikian harga diri keluarga besar juga dianggap telah ditegakkan.(*)
Komentar
Posting Komentar