Tribun Timur, 28 Mei 2019 |
ADA BANYAK pasien pengguna jasa Rumah Sakit (RS) sebelum datang ke RS tertentu akan mencari tahu bagaimana pelayanannya. Baik dari pihak yang memiliki pengalaman di RS maupun dari berita-berita yang beredar di sekitarnya.
Masyarakat enggan datang ke Rumah Sakit X jika tahu kondisi pelayanan dari RS tersebut kurang baik atau jika tahu fasilitasnya kurang memadai. Jika pasien yang memiliki tingkat ekonomi tinggi mungkin akan mencari RS swasta, dengan kata lain RS berkualitas meski harus mengeluarkan uang berlebih. Namun bagaimana dengan pasien tingkat ekonomi rendah?
Mungkin satu satunya yang pemerintah sarankan yaitu penggunaan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang kini dikelola oleh BPJS Kesehatan. Akan tetapi, layanan BPJS Kesehatan dirasakan oleh beberapa pihak masih memiliki kekurangan.
Baca juga: Mendidik Anak Sejak dalam Rumah
Tindakan Petugas
Bukan rahasia lagi, terkadang di sebuah RS ada petugas pelayanan berbuat teledor saat melakukan tindakan. Keteledoran petugas ini bahkan tidak hanya sekali yang bisa membuat nama sebuah rumah sakit menjadi tercoreng.
Sebagai contoh, pernah ada kasus di Kabupaten Barru. Sebagaimana dikutip dari berita Tribunnews.com, berjudul “Pascamelahirkan Khaerunnisa Tampak Sehat, Tapi Mendadak Diminta Operasi Hingga Akhirnya Meninggal”.
Khaerunnisa (19 tahun) adalah pasien yang melahirkan di RSUD Barru, Kamis (22/9/2016). Usai melahirkan bayi laki-laki, Khaerunnisa dalam keadaan sehat. Namun tiba-tiba keluarga dikagetkan atas keputusan dokter yang buru-buru meminta Nisa untuk dikuret.
"Katanya ada plasenta yang tertinggal di rahim, makanya dokter tiba-tiba minta pasien untuk dikuret," jelas Ria, keluarga korban. Setelah diyakinkan oleh dokter, keluarga pun menyetujui tindakan tersebut.
Usai dikuret, justru kondisi Nisa semakin parah, perutnya membengkak dan tidak sadarkan diri. Tak lama, dokter kembali lagi lalu meminta Nisa melakukan operasi pengangkatan rahim.
"Dokter bilang ada pendarahan di rahim dan harus segera diangkat rahimnya, kalau tidak nyawa pasien tidak akan terselamatkan," ucap Ria. Karena khawatir, keluarga Khaerunnisa berencana meminta surat rujuk ke RS Parepare. Namun pihak RS tidak mengizinkan dengan alasan takut nyawa pasien tidak terselamatkan hingga sampai di tempat tujuan.
Akhirnya operasi pun dilakukan dengan kondisi Nisa tak sadarkan diri, namun tiba-tiba tim dokter tidak sanggup melanjutkan operasi dan menyarankan keluarga pasien untuk dirujuk ke Makassar. Khaerunnisa pun dibawa ke Makassar. Terakhir saat baru tiba di RS Plamonia, karena sebelumnya telah ditolak di tiga RS di Makassar, pasien pun sempat diperiksa, namun dokter mengatakan pasien telah meninggal 30 menit yang lalu.
Memang ada banyak berita yang tersebar di masyarakat kita mengenai kesalahan operasi di RS. Namun hal ini banyak yang tidak terlaporkan karena masyarakat tak berani bersuara. Ada banyak kasus yang penulis dengar, bahkan ada beberapa dokter rumah sakit dengan iming iming mendapat tambahan uang, ada pasien yang tak seharusnya melakukan operasi malah harus dioperasi.
Semua pasien tentu ingin mendapat perlakuan yang baik dari dokter yang menanganinya. Jika mereka mendapat pelayanan yang baik dari rumah sakit maka otomatis mereka tidak akan ragu malah akan bersemangat untuk datang berobat kedua kalinya.
Bisa dibayangkan jika seseorang sedang sakit dan harus dirujuk ke sebuah rumah sakit yang dokternya pernah melakukan malapraktik kepada keluarga atau pun dirinya sendiri. Tentu ini akan berpengaruh kepada psikisnya. Alih-alih sembuh malah akan semakin sakit akibat rasa cemas.
Tidak Diskriminasi
Begitu pentingnya sebuah rumah sakit “menjual” pelayanan berkualitas agar mendapat kepercayaan di hati masyarakat. Tidak membeda-bedakan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat.
Kualitas sebuah rumah sakit tidak diukur seberapa besar bangunannya, ada berapa jumlah lantai dan kamarnya, tapi seberapa maksimal pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Setiap orang memiliki hak mendapatkan jaminan keselamatan kesehatan, baik yang kaya maupun kurang mampu.
Dalam melaksanakan profesinya, hendaknya seluruh petugas pelayanan kesehatan terutama dokter, memperhatikan hak-hak pasien dan kewajibannya sebagai dokter yang telah diatur dalam peraturan.
Aturan mulai dari Undang-undang No 36/2009 tentang Kesehatan, Undang-undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit maupun peraturan lainnya diharap tidak hanya ada di lembar kertas semata.
Catatan singkat ini barangkali hanya dimuat pada rubrik opini media massa. Namun bukan berarti opini ini hanya berhenti di tangan pembaca. Diharapkan dari tulisan ini ada pihak yang mulai ikut bersuara dan memilih bertindak. Kita semua mengharapkan pelayanan kesehatan yang baik.
Baca juga: Menyelamatkan Diri di Media Sosial
Bagaimana jika ada di antara kita atau keluarga kita yang berada di posisi korban yang tidak mendapatkan pelayanan baik? Semoga keluarga kita sehat hingga lebaran mendatang.
Gowa, 28 Mei 2019
Terimakasih sharingnya Ainun. Saya kira memang perlu teman2 pelayan jasa kesehatan meningkatkan lagi kualitas jasanya, selain bahwa masyarakat juga perlu melek hak untuk selalu waspada dan mengingatkan penyedia layanan.
BalasHapusSatu hal yang bisa membantu konsumen adalah banyaknya skrg tersedia "review" untuk seluruh penyedia jasa dan produk. di Internet selalu ada score utk layanan semua penyedia jasa. Saya selalu pakai itu sebagai referensi sebelum berkunjung ke RS atau layanan lainnya. Buat saya itu penting supaya tidak terjebak dengan layanan yang tidak memuaskan.
Terima kasih untuk masukannya kak, semoga saya ke depannya lebih berhati-hati lagi memilih Rumah Sakit.
HapusUntung ya ada yang seperti Dg. Rusle tuliskan di atas: REVIEW, jadi kita bisa melihat dari situ dulu.
BalasHapusSering kali memang bikin miris soal pelayanan rumah sakit yang mengecewakan. Begitulah kalau yang bekerja tak sadar kalau mereka menghadapi manusia yang harus dihadapi dengan rasa kemanusiaan pula.
terlalu banyak celah ketidakadilan antara bpjs dan umum, kadang umum dianak emaskan dan pasien bpjs jadi terpinggirkan. ini terutama di rumah sakit swasta.
BalasHapusBerurusan dengan rumah sakit memang bikin stress. Kondisi pasien yang kadang sudah mengkhawatirkan kadang membuat keluarga yang mengantar juga jadi panik dan gampang emosi. Di titik inilah kadang terjadi gesekan dengan petugas yang bisa jadi juga sedang lelah.
BalasHapusPetugas rumah sakit memang dituntut untuk profesional. Ini jadi tantangan berat.
Parahnya itu RS,,Sampai-sampai pasien harus kehilangan nyawa..sangat setuju,,RS dilihat bukan dari sebesar bangunannya tetapi pelayanan..lebih2 lagi yang jaga malam..pas bulan puasa kemarin waktu jaga keluarga di sebuah RS..Pasien gawat malah suster tidur semua..
BalasHapus