Langsung ke konten utama

Mengundurkan Diri dari MI Anassappu

Hari ini saya baru saja mengambil langkah baru dalam perjalan karier mengajar saya. Saya mengundurkan diri dari sekolah. Meski pun masih berstatus honorer di salah satu sekolah yang ada di Gowa tetap saja menurutku sangat berat mengambil keputusan ini.
Mungkin karena sudah nyaman dan ikatan emosional saya dengan anak-anak yang telah melekat.
Namun, bukan tanpa alasan saya mengundurkan diri. Melainkan karena ingin mempersiapkan diri untuk melanjutkan sekolah s2 di luar negeri. Ini impian saya sejak kuliah s1. Dan impian tetalah impian. Saya merasa terbebani, sangat terbebani ketika impian saya belum tercapai. Maka dari itu, saya mengambil keputusan ini. Berhenti mengajar dan fokus untuk kursus dan mengejar LPDP.
Ada yang bertanya, kenapa tidak mengajar sambil kursus? Okeey sebelumnya bukannya saya ingin mengeluh, akan tetapi jarak antara tempat  mengajar dan tempat tinggal saya sekarang harus di tempuh selama kurang lebih 1 jam perjalanan. Itu pun harus di antar oleh suami yang juga kerja dan masuk pagi. Otomatis saya harus berangkat lebih pagi. Agar suami saya tidak terlambat. Dan kalau pulang, saya harus naik ojek dan pete-pete untuk sampai ke rumah. Otomatis harus mengeluarkan biaya yang lebih besar. Belum lagi uang bensin setiap hari 20 ribu ditambah uang ojek dan mobil. 1 hari transpor yang harus saya keluarkan adalah 40 ribu. Kalau di kali 6 hari kerja. Mungkin teman-teman mengerti maksud saya. Dengan posisi sebagai honorer gaji sangat tidak cukup jika kita hitung. Tapi, sebenarnya bukan itu masalahnya. Saya murni dari hati ingin melanjutkan s2 saya mimpi saya.
Maka benarlah prinsip ini.
Hidup adalah pilihan.
Dan setiap pilihan punya konsekuensinya masing-masing.


15 September 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-puisi bahasa Makassar dari kelas IV MI Anassappu Bontonompo

Momen yang sangat berharga untuk saya di tanggal 5 Mei 2018. Tulisan di atas mungkin bagi kita hanya tulisan biasa yang menyerupai cakar ayam. Namun, tahukah kalian jika tulisan-tulisan ini memiliki arti yang mendalam bagi yang dapat memahami bahasa Makassar. Hari ini saya memberikan pelajaran Muatan Lokal kepada siswa-siswi saya di MI Anassappu Bontonompo. Pelajaran muatan lokalnya yaitu Bahasa Daerah. Demi mengembangkan imajinasi dan tetap mempertahankan budaya lokal, saya memberikan tugas membuat puisi kepada siswa saya menggunakan bahasa daerah Makassar Tidak saya sangka, beberapa puisi mereka membuat saya meleleh dan menitikkan air mata. . -Fitriyana Menuliskan tentang kesyukurannya terhadap uang jajan yang diberikan oleh ayahnya. Sedikit banyaknya tidak jadi masalah baginya. Asalkan dia dan adiknya punya uang jajan yang akan dia bawa ke sekolah. . -Ahriani Puisi I Ia menceritakan kebiasaannya sebelum ke sekolah yang selalu membantu ayahnya mengurus sapi. Barulah pada jam 0...

Konsistensi PT Semen Tonasa dalam Menyandang U4 di Kawasan Timur Indonesia

AINUN JARIAH (Mahasiswa Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar) ainunjariiah12@gmail.com Ainun Jariah K ONSISTENSI  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tetap; tidak berubah-ubah; taat asas; kesesuaian; sejalan. Konsistensi adalah hal yang sangat sulit untuk dijaga. Sebab, ada banyak pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang mampu menggoyahkan konsistensi itu sendiri. Namun, dalam hal ini PT. Semen Tonasa berhasil menjaga konsistensinya dalam menghasilkan produk yang unggul dan bermutu. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan serta penghargaan yang telah didapatkannya sejak tahun 1968.      PT Semen Tonasa (Persero) adalah penghasil semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Perusahaan yang berdiri sejak 1968 ini terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 68 kilometer dari kota Makassar. PT Semen Tonasa mempunyai lahan seluas 715 hektare dan emp...

Cerpen Mappabajik by Ainun Jariah

Harian Amanah, 29 Oktober 2016 WAKTU telah menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah semua tugas kuliahku rampung aku mendekati ranjang dan merebahkan tubuhku. Hujan di luar belum juga reda. Sesekali terlihat kilatan petir disertai gemuruh guntur. Aku menggigil dingin. Meskipun jendela dan pintu kamar telah terkunci, Udara dingin masih berhasil menembus tembok kamar. Aku menarik selimut yang berada tidak jauh dari kepalaku lalu membungkus badanku. Tentu saja Berharap malam ini aku bisa tertidur lelap. Namun, belum lama mataku terpejam, sebuah suara tiba-tiba membangunkanku. "Rahmat, Rahmat..."  "Rahmat buka pintumu cepat, kalau tidak, saya akan mati."  Aku tersentak kaget mendengar teriakan dan gedoran pintu yang sangat keras dari balik pintu. Dengan mata yang masih sedikit memicing aku bangkit membuka pintu kamar. Mataku membelalak heran melihat Rudi bersama Sari berdiri di depan pintu dengan pakaian basah kuyup. Tanpa meminta persetujuanku ter...