Langsung ke konten utama

Bagaimana Kamu Merayakan Tahun Baru?





DUA HARI lagi kita akan memasuki tahun baru, apakah kamu termasuk orang yang merayakannya? Bagaimana kamu merayakan pergantian tahun? Apa dengan menyalakan berbagai macam petasan? Atau sekadar mengajak do’i hiburan semisal pergi ke pinggir pantai? Simpelnya begini. Menurutmu pentingkah tahun baru dirayakan dengan foya-foya? 

Aku adalah orang yang sangat acuh tak acuh pada perayaan yang menguras isi dompet dengan hal-hal yang mungkin kurang bermanfaat, setidaknya ini dari kacamataku. 

Meskipun sudah menjadi hal yang lumrah di negeri kita saat pergantian tahun, petasan menjadi penghias langit, suara elekton atau musik menggantikan bunyi jangkrik di saat larut. Atau bunyi gas dan knalpot motor yang saling beradu. Apakah semua itu bermanfaat? Bagaimana jika suara petasan itu kita gantikan dengan lantunan ayat-ayat Allah? Atau doa-doa malam kita yang diantar oleh malaikat menjadi penghias langit? Atau bunyi gas dan knalpot motor yang besar itu kau hentikan di depan masjid? Uang yang kau gunakan untuk membeli petasan disalurkan untuk saudara-saudara kita yang sedang dilanda musibah? 

Daripada mengundang elekton, lebih baik mengundang tetanggamu dan bersama-sama melakukan pengajian jika mampu, tak apalah menyediakan makanan ala kadarnya. Jika belum mampu mungkin cukup dengan keluarga kecilmu. Atau bagaimana jika kita datangi saja rumah anak-anak yatim piatu? Kita alihkan saja uang petasannya ke kantong mereka? Tidakkah itu lebih bermanfaat? Daripada harus mengganggu tidur orang, kan? Masih untung jika tidak ada tetangga yang dirugikan semisal sedang sakit? Namun bagaimana jika ada saudara-saudara kita sedang sakit jantung lalu ketika mendengar suara petasanmu yang menggelegar itu, bisa berakibat lebih fatal? Semoga kita termasuk orang yang bijak.


Jariah's
30 Desember 2018

Postingan populer dari blog ini

Puisi-puisi bahasa Makassar dari kelas IV MI Anassappu Bontonompo

Momen yang sangat berharga untuk saya di tanggal 5 Mei 2018. Tulisan di atas mungkin bagi kita hanya tulisan biasa yang menyerupai cakar ayam. Namun, tahukah kalian jika tulisan-tulisan ini memiliki arti yang mendalam bagi yang dapat memahami bahasa Makassar. Hari ini saya memberikan pelajaran Muatan Lokal kepada siswa-siswi saya di MI Anassappu Bontonompo. Pelajaran muatan lokalnya yaitu Bahasa Daerah. Demi mengembangkan imajinasi dan tetap mempertahankan budaya lokal, saya memberikan tugas membuat puisi kepada siswa saya menggunakan bahasa daerah Makassar Tidak saya sangka, beberapa puisi mereka membuat saya meleleh dan menitikkan air mata. . -Fitriyana Menuliskan tentang kesyukurannya terhadap uang jajan yang diberikan oleh ayahnya. Sedikit banyaknya tidak jadi masalah baginya. Asalkan dia dan adiknya punya uang jajan yang akan dia bawa ke sekolah. . -Ahriani Puisi I Ia menceritakan kebiasaannya sebelum ke sekolah yang selalu membantu ayahnya mengurus sapi. Barulah pada jam 0...

Konsistensi PT Semen Tonasa dalam Menyandang U4 di Kawasan Timur Indonesia

AINUN JARIAH (Mahasiswa Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar) ainunjariiah12@gmail.com Ainun Jariah K ONSISTENSI  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tetap; tidak berubah-ubah; taat asas; kesesuaian; sejalan. Konsistensi adalah hal yang sangat sulit untuk dijaga. Sebab, ada banyak pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang mampu menggoyahkan konsistensi itu sendiri. Namun, dalam hal ini PT. Semen Tonasa berhasil menjaga konsistensinya dalam menghasilkan produk yang unggul dan bermutu. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan serta penghargaan yang telah didapatkannya sejak tahun 1968.      PT Semen Tonasa (Persero) adalah penghasil semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Perusahaan yang berdiri sejak 1968 ini terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 68 kilometer dari kota Makassar. PT Semen Tonasa mempunyai lahan seluas 715 hektare dan emp...

Cerpen Mappabajik by Ainun Jariah

Harian Amanah, 29 Oktober 2016 WAKTU telah menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah semua tugas kuliahku rampung aku mendekati ranjang dan merebahkan tubuhku. Hujan di luar belum juga reda. Sesekali terlihat kilatan petir disertai gemuruh guntur. Aku menggigil dingin. Meskipun jendela dan pintu kamar telah terkunci, Udara dingin masih berhasil menembus tembok kamar. Aku menarik selimut yang berada tidak jauh dari kepalaku lalu membungkus badanku. Tentu saja Berharap malam ini aku bisa tertidur lelap. Namun, belum lama mataku terpejam, sebuah suara tiba-tiba membangunkanku. "Rahmat, Rahmat..."  "Rahmat buka pintumu cepat, kalau tidak, saya akan mati."  Aku tersentak kaget mendengar teriakan dan gedoran pintu yang sangat keras dari balik pintu. Dengan mata yang masih sedikit memicing aku bangkit membuka pintu kamar. Mataku membelalak heran melihat Rudi bersama Sari berdiri di depan pintu dengan pakaian basah kuyup. Tanpa meminta persetujuanku ter...