Langsung ke konten utama

Sebuah Genggaman

Dear, 
Coba lihat gambar ini, aku sangat suka melihatnya. Indah bukan? Bahkan telah kujadikan walpaper di layar smarphone ku. 
Bisakah kau mengurai maksudnya? Hal yang ingin kuperbincangkan denganmu malam ini? hatiku sedang ingin berbicara banyak hal bersamamu. Ditemani gemintang yang sedang tersenyum padaku. Ini Tentang mimpi, harapan dan cinta. 

Baiklah Dear, 
Kau mungkin sedang lelah sekarang. Istirahatlah. Aku harap setelah kau lepas dari lelahmu kau mau membaca harapan kecilku ini. Sebuah harap yang akan menuntun kita menjadi besar. 
Baiklah mari kita kembali ke gambar. 
***
Dear tidakkah mereka terlihat romantis? Saling menggenggam menuju puncak. Bisakah kita belajar dari gambar itu? saling mendukung, melengkapi, lalu saling membanggakan? Bisakah kita saling menyempurnakan kekurangan Dear? Tidak melulu hanya membanggakan orang lain. Sejak awal, kesalahan kita adalah selalu melihat keberhasilan orang. Tidak saling memberi support dan berusaha untuk mengembangkan skill yang telah kita punya. Kita terlalu sibuk melihat keberhasilan orang lain. Membandingkannya dengan diri kita dan pasangan kita. Yang akhirnya dapat menggoyahkan rasa kagum kita terhadap pasangan sendiri. Tahukah kau Dear jika itu adalah kesalahan fatal yang dapat menghancurkan sebuah hubungan?
Aku tahu Dear, kagum boleh-boleh saja. Tapi, jika rasa kagummu menjadi bumerang untuk hubungan yang telah kau perjuangkan bertahun-tahun apakah masih dapat dikatakan wajar?
Tidak Dear. Kita telah salah melampaui kata kagum itu. Bijaklah dalam menempatkan kagum.
Sudah saatnya kita membenahi diri. Mari kita saling memberi support untuk mengembangkan skill kita. Lupakan tentang orang lain. Sudah saatnya kita mengencangkan genggaman. Mari, mari kita terbang Dear. Jangan ada lagi penghianatan rasa. Semoga ini menjadi pelajaran penguat hubungan kita di masa yang akan datang.



Jariah's
04/1/18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-puisi bahasa Makassar dari kelas IV MI Anassappu Bontonompo

Momen yang sangat berharga untuk saya di tanggal 5 Mei 2018. Tulisan di atas mungkin bagi kita hanya tulisan biasa yang menyerupai cakar ayam. Namun, tahukah kalian jika tulisan-tulisan ini memiliki arti yang mendalam bagi yang dapat memahami bahasa Makassar. Hari ini saya memberikan pelajaran Muatan Lokal kepada siswa-siswi saya di MI Anassappu Bontonompo. Pelajaran muatan lokalnya yaitu Bahasa Daerah. Demi mengembangkan imajinasi dan tetap mempertahankan budaya lokal, saya memberikan tugas membuat puisi kepada siswa saya menggunakan bahasa daerah Makassar Tidak saya sangka, beberapa puisi mereka membuat saya meleleh dan menitikkan air mata. . -Fitriyana Menuliskan tentang kesyukurannya terhadap uang jajan yang diberikan oleh ayahnya. Sedikit banyaknya tidak jadi masalah baginya. Asalkan dia dan adiknya punya uang jajan yang akan dia bawa ke sekolah. . -Ahriani Puisi I Ia menceritakan kebiasaannya sebelum ke sekolah yang selalu membantu ayahnya mengurus sapi. Barulah pada jam 0...

Konsistensi PT Semen Tonasa dalam Menyandang U4 di Kawasan Timur Indonesia

AINUN JARIAH (Mahasiswa Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar) ainunjariiah12@gmail.com Ainun Jariah K ONSISTENSI  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tetap; tidak berubah-ubah; taat asas; kesesuaian; sejalan. Konsistensi adalah hal yang sangat sulit untuk dijaga. Sebab, ada banyak pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang mampu menggoyahkan konsistensi itu sendiri. Namun, dalam hal ini PT. Semen Tonasa berhasil menjaga konsistensinya dalam menghasilkan produk yang unggul dan bermutu. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan serta penghargaan yang telah didapatkannya sejak tahun 1968.      PT Semen Tonasa (Persero) adalah penghasil semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Perusahaan yang berdiri sejak 1968 ini terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 68 kilometer dari kota Makassar. PT Semen Tonasa mempunyai lahan seluas 715 hektare dan emp...

Cerpen Mappabajik by Ainun Jariah

Harian Amanah, 29 Oktober 2016 WAKTU telah menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah semua tugas kuliahku rampung aku mendekati ranjang dan merebahkan tubuhku. Hujan di luar belum juga reda. Sesekali terlihat kilatan petir disertai gemuruh guntur. Aku menggigil dingin. Meskipun jendela dan pintu kamar telah terkunci, Udara dingin masih berhasil menembus tembok kamar. Aku menarik selimut yang berada tidak jauh dari kepalaku lalu membungkus badanku. Tentu saja Berharap malam ini aku bisa tertidur lelap. Namun, belum lama mataku terpejam, sebuah suara tiba-tiba membangunkanku. "Rahmat, Rahmat..."  "Rahmat buka pintumu cepat, kalau tidak, saya akan mati."  Aku tersentak kaget mendengar teriakan dan gedoran pintu yang sangat keras dari balik pintu. Dengan mata yang masih sedikit memicing aku bangkit membuka pintu kamar. Mataku membelalak heran melihat Rudi bersama Sari berdiri di depan pintu dengan pakaian basah kuyup. Tanpa meminta persetujuanku ter...