Aira dan Desember yang Patah
Oleh: Ainun Jariah
Sore itu Aira melajukan motor dengan sangat kencang. Bukan karena tamparan air hujan yang sedang mengepung Makassar. Tapi karena saat itu ia habis bertemu dengan Arka. Laki-laki yang datang beberapa bulan lalu bersama keluarganya membawa lamaran ke rumahnya. Kepalanya diserbu oleh banyak pertanyaan. Saat ini hatinya terasa dilindas truk berkali-kali. Lelaki yang dekat dengannya sejak tiga tahun lalu kembali membuatnya kecewa lagi dan lagi. Kali ini Aira berhasil menemukan percakapan Arka dengan seorang perempuan di akun sosmed yang ia sembunyikan. Aira tidak habis pikir bisa-bisanya Arka menghianatinya. Ia berbohong demi seorang perempuan yang baru dikenalnya.
Hujan semakin deras. Seluruh pakaian Aira telah basah. Namun ia sama sekali tidak mengacuhkannya. Air matanya lebur bersama hujan yang membasahi bumi. Ia berhenti di depan rumah sahabatnya, Andin. Aira langsung saja menerobos masuk ke rumah Andin tanpa permisi. Untung saja saat itu Andin sedang sendirian.
Saat melihat Andin di dapur ia langsung memeluknya. Andin yang melihat sahabatnya datang dengan mata berair membiarkan tubuhnya ikut basah.
“kamu kenapa Ra? Ada apa sampai basah kuyup begini?” tanya Andin tidak mengerti.
Aira masih menangis tidak menjawab pertanyaan Andin.
“Tidak biasanya kamu begini?”
“Arka selingkuh Din.” Ucap Aira dengan suara parau.
“hah, jangan bercanda Ra, mungkin kamu hanya salah paham”
“Aku serius Din”
Andin yang mendengar kalimat itu tidak percaya.
“Aku punya buktinya. Aku sempat memfoto semua percakapannya. Lebih parahnya lagi Arka sengaja nyembunyiin percakapan mereka di Wa. Dia pikir aku perempuan bodoh yang tidak tahu cara mencadangkan percakapan.” Ujar Aira sembari menyodorkan hpnya ke Andin dan memperlihatkan percakapan Arka dengan perempuan itu.
“Astaga Ra, kamu tahu perempuan itu?”
“Iya, aku tahu. Dia bekerja di salah satu kantor surat kabar. Yang aku tahu dia beberapa kali mendesain tulisan aku yang masuk di redaksi. Tapi, bukan perempuannya yang jadi masalah din. Tapi Arka. Aku tidak bisa percaya dia bisa seperti itu. Sekarang aku nggak tahu harus berbuat apa”
“Lalu Arka sekarang dimana? “
“Aku tinggalkan di warkop. Besok aku akan mutusin dia”
“Ra, jangan gila dong. Ini sudah desember. Pernikahan kamu tinggal beberapa hari lagi Ra”
“Lalu aku harus diam saja?”
“Sekarang kamu mandi dan ganti baju, nanti kamu sakit. Masalah Arka nanti kita pikirkan.”
Andin mengajak Aira ke kamarnya dan memberinya baju dan handuk.
***
Tenda biru telah berdiri, keluarga Aira dan Arka telah berkumpul di rumah Aira. Tinggal menghitung menit acara sakral akan dimulai. Aira terlihat begitu cantik dengan baju bodo yang ia kenakan. Dilapisi dengan makeup yang tidak terlalu mencolok. Semua orang tersenyum di hari bahagiannya. Lain lagi dengan Arka yang merasa detdegan. Bercampuraduk. Hal yang wajar bagi kaum lelaki di saat moment seperti ini.
“Bagaimana, mempelai pria sudah siap?”
“Siap Pak”Ujar Arka mantap.
“Mempelai wanita?”
“Mempelai wanita?” tanya penghulu untuk kedua kalinya.
“Mempelai wanita, apa anda siap untuk menjadi istri saudara Arka?”
“Tunggu dulu Pak, saya mau bertanya”
“Ia, silakan Aira?”
“Apa pernikahan sah apabila salah satu mempelai belum ikhlas?”
“maksud kamu? Siapa yang tidak ikhlas di antara kalian?”
“Maaf Pak, saya yang belum bisa ikhlas untuk pernikahan ini” ujar Aira
lalu berdiri meninggalkan Arka yang ada di sampingnya”
lalu berdiri meninggalkan Arka yang ada di sampingnya”
Orang-orang disekitar Aira langsung menahannya.
“Aira, kamu kenap? Ini bukan main-main!” Ujar Ningsih mama Aira.
“Ma, Aira sudah berusaha untuk maafin Arka. Tapi, sampai saat ini Aira tidak bisa melupakan semua perlakuannya ke Aira. Aira tidak akan bisa bahagia dengan orang yang tidak bisa berubah ma, dari dulu sampai sekarang ia tidak berubah. Hatinnya selalu selingkuh setiap melihat perempuan lain. Ini yang ke sekian kalinya dia selingkuh tapi baru kali ini Aira benar-benar tidak bisa terima. Dia dengan gampangnya mengeluarkan uang untuk orang lain, tapi untuk orang terdekatnya tidak. Dia rela-rela mengeluarkan uang agar bisa terus bertemu dengan perempuan itu. Tapi ia tidak pernah berpikir bagaimana caranya ngebahagiain orang yang nemanin dia saat susah, saat ia belum bekerja. Ia terus-terus nyakitin aku. Aira belum bisa lupakan itu ma. Aira belum bisa” Jelas Aira panjang lebar dengan airmata yang tak terbendung. Suasana hening. Arka diam membatu tak mengelak. Raut kebahagian di mata keluarga mereka hilang seketika. Sedangkan Aira pergi meninggalkan tempat dengan mobilnya.
20 Desember 2017
Komentar
Posting Komentar