MEA singkatan dari masyarakat ekonomi asean, saat ini telah hangat diperbincangkan di seluruh negara ASEAN. Tak terkecuali di Indonesia sendiri. Baik didunia pemerintahan, bisnis maupun di perguruan tinggi telah banyak diperdebatkan akan dampak negatif dan positif dari kebijakan ini. Pertemuan dan seminar yang membahas mengenai MEA telah banyak diadakan dalam rangka mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi pasar bebas yang akan masuk dinegara kita pada akhir tahun 2015.
Dalam banyak seminar, dikatakan bahwa MEA sangat bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat ASEAN. Di samping itu, dengan hadirnya MEA juga dapat meningkatkan penanaman modal asing (PMA) yang akan membuka lapangan kerja baru. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah mampukah kita sebagai masyarakat pribumi bersaing dengan negara-negara lain yang jauh lebih berkembang dibandingkan Negara kita, Indonesia? Tidak menutup kemungkinan kita akan tenggelam di dalam persaingan yang sengit antara warga negara Indonesia dan warga negara asing. Kita akan dijajah di negara kita sendiri karena kurangnya daya saing. Dan pada akhirnya warga Indonesia hanya menjadi buruh murahan dan penonton di negaranya sendiri.
Wawancara yang dilakukan oleh radio PasFM (Maret 2015) dengan narasumber Ong Eric yosua, seorang motivator internasional dan Anton Thedy, pemilik dari travel terbanyak di ASEAN. Ong Eric mengatakan bahwa kehadiran MEA bisa saja menjadi batu lompatan untuk kita menjadi semakin sukses atau bisa saja menjadi sebuah batu kehancuran untuk kita. Misalkan saja anda seorang pengusaha dari sebuah perusahaan, lalu ada orang dari negara Asean, katakanlah Singapura, melamar posisi yang sama dengan orang Indonesia dan meminta gaji yang sama di perusahaan Anda, kira-kira yang manakah yang akan Anda pilih? Saya merasa sedikit cemas mendengar penggambaran Ong Eric di atas. Menyadari masih kurangnya kemampuan SDM dari negara kita.
Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa SDM Indonesia menempati peringkat ke 6 dibawah negara-negara Asean. Seperti Malaysia, Thailand, Brunei, Filipina dan Singapura. Sementara itu, data Asian Productivity Organization (APO) mencatat, dari setiap 1.000 tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2012, hanya ada sekitar 4,3% tenaga kerja yang terampil. Jumlah itu kalah jauh dibanding dengan Filipina yang mencapai 8,3%, Malaysia 32%, dan Singapura 34,7%.
Terkait dengan akan berlakunya praktek upah murah yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia akan menimbulkan masalah yaitu semakin banyaknya pengangguran. Yang pada akhirnya akan memicu terjadinya penjajahan dalam bidang perekonomian negara. Produk lokal akan tergantikan oleh produk asing yang secara otomatis akan menjatuhkan harga dari produk dari negara sendiri. Bukan hanya itu, hal yang paling mengerikan adalah Indonesia yang memiliki kekayaan alam tinggi akan berubah alih menjadi kawasan industri yang kaya akan asap dan polusi udara.
Nasi sudah menjadi bubur. Kita tidak bisa lagi lari ataupun mundur dari perjanjian dengan negara-negara ASEAN terkait MEA ini. Satu-satunya cara adalah dengan menghadapinya.
***
Setidaknya dengan hadirnya MEA di depan mata, kita harus menciptakan masyarakat yang memiliki kreativitas dan inovatif yang tinggi. Sebab jika kita tidak memiliki etos kerja dan profesionalitas yang tinggi maka kita akan mendapat seleksi alam di negara sendiri.
Dalam seminar yang diadakan oleh mahasiswa pendidikan biologi di UIN Alauddin Makassar dengan tema Peran Biologi dan pembelajaran biologi yang inovatif menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) tanggal 15 desember 2015 lalu, Dr. Muhammad Khalifah Mustami, M.Pd (Dosen UIN Alauddin Makassar) memaparkan salah satu keterampilan intelektual yang harus diberikan kepada pembelajar adalah keterampilan mengembangkan daya cipta dan pemikiran kreatif. Semua itu bertujuan agar kita tidak hanya menjadi boneka dan penonton di tengah maraknya pasar bebas. Begitu juga pernyataan Prof. H. Sutiman Bambang Sumitro, M.Sc., D.Sc (Guru besar dan peneliti Biologi Universitas Brawijaya, Malang) juga menekankan perlunya akhlak yang akan memengaruhi sikap hidup positif dan cara berfikir kita. Kerja sama dan kerja keras sebagai satu kesatuan sangat dibutuhkan dalam menghadapi MEA.
Komentar
Posting Komentar