Semakin banyak buku yang saya baca, saya merasa semakin bodoh dan sangat tidak pantas untuk dikatakan sebagai penulis. Masih sangat minim pengetahuan saya tentang kepenulisan. Saya merasa belum tahu apa-apa. Apalagi untuk berbicara di depan siswa atau mahasiswa. Saya merasa belum ada apa-apanya.
Pada kesempatan hari ini, saya mulai menjadi pemateri di salah satu Universitas yang ada di makassar. Bisa dibilang nekat, karena menerima tawaran dari salah seorang teman untuk menggantikannya menjadi pemateri.
Sebenarnya saya sedikit canggung dan hampir menolak sebab di hadapkan dengan suasana dan keadaan yang berbeda dimana biasanya saya di dampingi oleh teman-teman penulis dan yang saya hadapj hanyalah siswa SMA, sekarang saya harus menjadi pemateri tungal dan menghadapi mahasiswa dari Universitas lain. Terlebih lagi tak ada satu pun yang saya kenal dari panitia.
Tapi, karena rasa ingin berbagi yang begitu besar. Rasa haus akan pengalaman yang begitu menantang. Saya melawan diri saya. Bukankah Nabi pernah berkata bahwa sampaikanlah walau satu ayat? Kali ini saya menyamakannya dengan kalimat sampaikanlah meski hanya sepenggal hjkmah.
Saya akhirnya mencoba untuk berbagi sembari terus mengevaluasi diri dan memperbaiki kekurangan saya. Sebenarnya ini tahap yang paling penting dalam berproses.
Sebelum tampil, saya sudah menyiapkan materi dan memilih jnti dari apa yang akan saya sampaikan. Dalam hal ini saya menyiapkan slide PPt yang saya buat sendiri berdasarkan pengalaman saya selama menulis. Dengan begitu saya akan lebih mudah untuk menyampaikan materinya. Tidak lupa saya menyiapkan satu buku puisi (Aku Perempuan) untuk peserta seminar yang berhasil menjawab pertanyaan yang juga telah saya siapkan. Jadi, bisa dikata saya sudah berusaha sebaik mungkin agar bisa tampil maksimal. Ini memang kebiasaan saya, mempersiapkan segalanya sebelum hari H tiba. Saya selalu berusaha untuk melakukan apapun itu secara terstruktur. Terlebih lagi jika itu adalah kegiatan yang menyangkut presentasi atau mengharuskan saya berbicara di depan orang. Saya bahkan telah memprint slide itu sebelum berangkat. Jaga-jaga jika nanti mati lampu atau ada masalah dengan LCD. Tapi, Alhamdulillah. Semua berjalan lancar. Meski saat menuju lokasi sempat dibuat geram oleh pendemo yang menyebabkan jalan-jalan macet ditengah terik matahari. Dan memaksa saya harus terlambat beberapa menit. Saat tiba di lokasi peserta telah siap di ruangan. Saya pun kembali mengutuk kemacetan tadi yang menjadikan hari sumpah pemuda sebagai hari kemacetan. Di acara pembukaan materi, saya memberi pesan kepada peserta bahwa jika kalian ingin menyerang pemerintah atau ingin aspirasj kalian didengar silakan menulis. Serbu mereka dengan tulisan-tulisan kalian karena saya yakin cara ini akan lebih efektif dibandingkan
***
Kita berbicara di depan mereka, Bukan berarti lebih pintar dari mereka. Justru dari sini kita dapat mengukur kemampuan dan kekurangan.
Semoga di waktu yang akan datang, saya bisa betul-betul menjadi penulis yang dapat memotivasi dan bermanfaat untuk banyak orang.
Ini adalah harapan terbesar yang ada dalam diri saya, berasal dari hati terdalam seorang Ainun.
Jariah's
28/10/17
Pada kesempatan hari ini, saya mulai menjadi pemateri di salah satu Universitas yang ada di makassar. Bisa dibilang nekat, karena menerima tawaran dari salah seorang teman untuk menggantikannya menjadi pemateri.
Sebenarnya saya sedikit canggung dan hampir menolak sebab di hadapkan dengan suasana dan keadaan yang berbeda dimana biasanya saya di dampingi oleh teman-teman penulis dan yang saya hadapj hanyalah siswa SMA, sekarang saya harus menjadi pemateri tungal dan menghadapi mahasiswa dari Universitas lain. Terlebih lagi tak ada satu pun yang saya kenal dari panitia.
Tapi, karena rasa ingin berbagi yang begitu besar. Rasa haus akan pengalaman yang begitu menantang. Saya melawan diri saya. Bukankah Nabi pernah berkata bahwa sampaikanlah walau satu ayat? Kali ini saya menyamakannya dengan kalimat sampaikanlah meski hanya sepenggal hjkmah.
Saya akhirnya mencoba untuk berbagi sembari terus mengevaluasi diri dan memperbaiki kekurangan saya. Sebenarnya ini tahap yang paling penting dalam berproses.
Sebelum tampil, saya sudah menyiapkan materi dan memilih jnti dari apa yang akan saya sampaikan. Dalam hal ini saya menyiapkan slide PPt yang saya buat sendiri berdasarkan pengalaman saya selama menulis. Dengan begitu saya akan lebih mudah untuk menyampaikan materinya. Tidak lupa saya menyiapkan satu buku puisi (Aku Perempuan) untuk peserta seminar yang berhasil menjawab pertanyaan yang juga telah saya siapkan. Jadi, bisa dikata saya sudah berusaha sebaik mungkin agar bisa tampil maksimal. Ini memang kebiasaan saya, mempersiapkan segalanya sebelum hari H tiba. Saya selalu berusaha untuk melakukan apapun itu secara terstruktur. Terlebih lagi jika itu adalah kegiatan yang menyangkut presentasi atau mengharuskan saya berbicara di depan orang. Saya bahkan telah memprint slide itu sebelum berangkat. Jaga-jaga jika nanti mati lampu atau ada masalah dengan LCD. Tapi, Alhamdulillah. Semua berjalan lancar. Meski saat menuju lokasi sempat dibuat geram oleh pendemo yang menyebabkan jalan-jalan macet ditengah terik matahari. Dan memaksa saya harus terlambat beberapa menit. Saat tiba di lokasi peserta telah siap di ruangan. Saya pun kembali mengutuk kemacetan tadi yang menjadikan hari sumpah pemuda sebagai hari kemacetan. Di acara pembukaan materi, saya memberi pesan kepada peserta bahwa jika kalian ingin menyerang pemerintah atau ingin aspirasj kalian didengar silakan menulis. Serbu mereka dengan tulisan-tulisan kalian karena saya yakin cara ini akan lebih efektif dibandingkan
***
Kita berbicara di depan mereka, Bukan berarti lebih pintar dari mereka. Justru dari sini kita dapat mengukur kemampuan dan kekurangan.
Semoga di waktu yang akan datang, saya bisa betul-betul menjadi penulis yang dapat memotivasi dan bermanfaat untuk banyak orang.
Ini adalah harapan terbesar yang ada dalam diri saya, berasal dari hati terdalam seorang Ainun.
Jariah's
28/10/17
Komentar
Posting Komentar