Langsung ke konten utama

Surat penelitian

18 Mei 2017, kemarin seperti biasa aku bergegas ke Fakultas. Dengan beberapa agenda. Salah satunnya adalah untuk memberikan Sk kepada penguji konfrenku. Di fakultas aku bertanya ke sana ke mari perihal penguji yang aku dapat siapa tahu saja mereka kenal. Tapi, hanya satu yang berhasil aku dapatkan nomornya itupun setelah bertanya ke beberapa orang yang tidak aku kenal sebelumnya. Pak Yahya. Alhamdulillah dapat satu. Setelah mendapat nomornya aku lekas membeli pulsa dan daftar TM. Lalu segera menghubunginnya. Tentunya dengan menyiapkan kalimat yang ringkas dan pas untuk di katakan. Beberapa saat kemudian hp aku bergetar tanda panggilanku sudah di jawab. Langsung saja aku menanyakan keberadaannya dan tujuanku menelponnya. Saat aku tahu ia berada di LP2M dan ia menyuruhku ke sana.
            Aku bergegas. Namun saat aku turun ke lantai dasar. Aku bertemu dengan senior yang juga mengurus penyelesaianya. Ia menanyakan sudah sampai manah langkahku. Dengan cenggar cenggir aku menjawab” baru mau penelitian dan sementara proses validasi kak”. “jadi belum penelitian?” Tannyanya. Akupun menjawab” ia”. “Meskipun belum penelitian secepatnya kamu urus surat penelitianmu di rektorat. Karena menunggu surat penelitian dari rektorat itu lama loh.”

 “Hah? Benar kak?” timpalku. Ia mengangguk. Saat ku katakan aku akan ke LP2M ia menyarankan untuk membawa surat penelitian yang telah aku dapatkan di kantor penenanaman modal tidak lupa proposal yang telah di Acc. Aku mendengus saat mendengar kata Proposal. Sebab, baru kali ini aku mengeluarkannya dari tas. Kk itu pun langsung menyuruhku untuk pulang mengambilnya. Ia akan menemaniku ke rektorat katannya sebab validatornya juga ada di sana. Dengan cepat aku berlari pulang ke asrama lantai 4. Lalu kembali ke fakultas lagi. Setelah syarat untuk mengajukan surat penelitian ke rektorat sudah ada aku dan kk itu berjalan ke rektorat. Lumayan jauh. Bisa membuat kaki pegal. Di tambah lagi di rektorat aku  dipusingkan dengan arahannya. Awalnya aku di suruh untuk mengambil hasil suratnya hari rabu depan. Tapi kukatakan itu sangat lama pak. sedangkan saya harus penelitian minggu depan. Dengan kecewa aku duduk di samping loket. Lalu dia kembali memanggilku dan menyerahkan selembar kertas untuk aku bawa ke lantai dua rektorat. Sebelah kanan katannya. Sesampai di atas aku memerikasa ruangan akademik. Kosong. Tidak ada orang di sana. Aku menunggu lama. Aku lalu bertanya di ruang sebelahnya mungkin saja aku salah ruangan batinku. Di ruangan ini aku di intruksikan untuk naik ke lantai tiga mencari pak rektor karena tembusanya untuk pak rektor katanya. Aku akhirnya naik lagi. Tapi, di lantai tiga. Aku kembali ragu. Kenapa aku harus yang langsung menemui rektor? Biasannya kan ada staf. Karena lama menunggu aku kembali ke lantai dasar. Ia lalu kembali mengatakan nanti hari rabu baru ambil dek. Karena mungkin dia sedang rapat. Tanduk di kepalaku langsung keluar dan berasap. Setelah dari Rektorat aku ingat kalau aku sudah janjian dengan pak Yahya di Lp2M yang kebetulan berdekatan dengan rektorat. Aku langsung saja ke sana. Tidak lama aku menunggu. Pak Yahya segera menemuiku dn memberiku kisi-kisi. Alhamdulillah. Satu urusan kelar. Setelah itu aku kembali ke fakultas mencari pak Khalifah dan bu Munirah. Tapi, mereka tidak tampak. Yah ku putuskan untuk pulang. Sebab kakiku rasanya pegal. Maklum naik turun tangga asrama, fakultas dan rektorat+jalan ke rektorat sepertinya banyak menguras tenaga. Sesampai di asram aku langsung tepar dan tertidur. Saat bangun tau-taunya aku terkunci dari luar. Ah tidak sadarkah orang yang menguncinya kalau aku ada di ranjang atas sedang menyulam mimpi dan membuang penat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-puisi bahasa Makassar dari kelas IV MI Anassappu Bontonompo

Momen yang sangat berharga untuk saya di tanggal 5 Mei 2018. Tulisan di atas mungkin bagi kita hanya tulisan biasa yang menyerupai cakar ayam. Namun, tahukah kalian jika tulisan-tulisan ini memiliki arti yang mendalam bagi yang dapat memahami bahasa Makassar. Hari ini saya memberikan pelajaran Muatan Lokal kepada siswa-siswi saya di MI Anassappu Bontonompo. Pelajaran muatan lokalnya yaitu Bahasa Daerah. Demi mengembangkan imajinasi dan tetap mempertahankan budaya lokal, saya memberikan tugas membuat puisi kepada siswa saya menggunakan bahasa daerah Makassar Tidak saya sangka, beberapa puisi mereka membuat saya meleleh dan menitikkan air mata. . -Fitriyana Menuliskan tentang kesyukurannya terhadap uang jajan yang diberikan oleh ayahnya. Sedikit banyaknya tidak jadi masalah baginya. Asalkan dia dan adiknya punya uang jajan yang akan dia bawa ke sekolah. . -Ahriani Puisi I Ia menceritakan kebiasaannya sebelum ke sekolah yang selalu membantu ayahnya mengurus sapi. Barulah pada jam 0...

Konsistensi PT Semen Tonasa dalam Menyandang U4 di Kawasan Timur Indonesia

AINUN JARIAH (Mahasiswa Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar) ainunjariiah12@gmail.com Ainun Jariah K ONSISTENSI  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tetap; tidak berubah-ubah; taat asas; kesesuaian; sejalan. Konsistensi adalah hal yang sangat sulit untuk dijaga. Sebab, ada banyak pengaruh-pengaruh dari lingkungan yang mampu menggoyahkan konsistensi itu sendiri. Namun, dalam hal ini PT. Semen Tonasa berhasil menjaga konsistensinya dalam menghasilkan produk yang unggul dan bermutu. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan serta penghargaan yang telah didapatkannya sejak tahun 1968.      PT Semen Tonasa (Persero) adalah penghasil semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Perusahaan yang berdiri sejak 1968 ini terletak di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 68 kilometer dari kota Makassar. PT Semen Tonasa mempunyai lahan seluas 715 hektare dan emp...

Cerpen Mappabajik by Ainun Jariah

Harian Amanah, 29 Oktober 2016 WAKTU telah menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah semua tugas kuliahku rampung aku mendekati ranjang dan merebahkan tubuhku. Hujan di luar belum juga reda. Sesekali terlihat kilatan petir disertai gemuruh guntur. Aku menggigil dingin. Meskipun jendela dan pintu kamar telah terkunci, Udara dingin masih berhasil menembus tembok kamar. Aku menarik selimut yang berada tidak jauh dari kepalaku lalu membungkus badanku. Tentu saja Berharap malam ini aku bisa tertidur lelap. Namun, belum lama mataku terpejam, sebuah suara tiba-tiba membangunkanku. "Rahmat, Rahmat..."  "Rahmat buka pintumu cepat, kalau tidak, saya akan mati."  Aku tersentak kaget mendengar teriakan dan gedoran pintu yang sangat keras dari balik pintu. Dengan mata yang masih sedikit memicing aku bangkit membuka pintu kamar. Mataku membelalak heran melihat Rudi bersama Sari berdiri di depan pintu dengan pakaian basah kuyup. Tanpa meminta persetujuanku ter...